10.06.2010

Syahid ide siapa?

Mati syahid seolah-olah penemuan Islam, jika melihat bagaimana pelaku bom bunuh diri merekam pesan terakhir sebelum mengakibatkan tindakan kekejaman. Tetapi para filsuf Eropa sudah selama lima abad membabas soal mati syahid. Seorang pakar politik Belanda-Irak baru-baru ini menulis tesis tentang fenomena tersebut. Laporan Muhammmad Abdulrahman.

Apa yang mendorong seseorang mengorbankan nyawanya? Apakah tujuan itu lebih berharga ketimbang hidup itu sendiri? Apa yang membuat seorang pelaku bunuh diri memutuskan untuk mati syahid?

Peneliti Belanda keturunan Irak Mariwan Kanie berupaya menganalisa konsep mati syahid dalam konteks sekuler dan agama. September lalu, ia menerima gelar Ph.D. ilmu politik pada Universitas Amsterdam.

9/11

Banyak orang berpikir jihadis Islam menciptakan mati syahid dan serangan bunuh diri, bermula dengan Revolusi Islam di Iran dan serangan teroris terhadap menara kembar WTC tanggal 11 September 2001 di New York sebagai puncaknya.

Namun Kanie berpendapat bahwa munculnya kembali mati syahid dalam gerakan Jihad Islam belakangan ini, sebenarnya disalin dari kesyahidan sekuler dan bukan berasal dari teologi Islam tradisional.

"Berabad-abad sebelum adanya Jihadis zaman sekarang, bangsa-bangsa modern Eropa telah mengimbau warganya mengorbankan nyawanya untuk negara."

Filsuf Eropa
Kanie percaya gagasan ini bisa mudah ditelusuri kembali kepada ide dan tulisan para filsuf negara Eropa modern seperti Thomas Hobbes, Jean-Jacques Rousseau dan George W. F. Hegel.

Kanie punya pengalaman dari tangan pertama dalam topik ini. Sebelum menginjak usia 20, ia bergabung dalam gerakan perlawanan Kurdi melawan rezim Saddam Hussein di Irak. Ia sendiri siap mengorbankan hidupnya untuk tujuan tertentu.

Hidup kekal
Bagaimana dengan motif para jihadis serta janji akan surga dan kehidupan kekal sesudah kematian? Peneliti tidak menyanggah dampak janji-janji itu, tapi ada banyak bukti bahwa ini bukanlah faktor menentukan.

"Studi dan wawancara dengan pelaku bom bunuh diri yang gagal melaksanakan tugasnya, membenarkan bahwa 72 perawan di surga dan janji-janji ketuhanan lainnya bukan menjadi motif utama".

Janji akan kehidupan kekal bagi para martir sudah ada sejak era agama monolitik, tapi fenomena kesyahidan untuk tujuan politik baru terbentuk sesudah munculnya negara bangsa.

Kanie juga menunjuk pada hukum Islam tradisional yang mengutuk serta melarang bunuh diri untuk alasan apapun. Di samping itu, kesyahidan merupakan konsep yang lebih luas dari hanya sekedar terbunuh dalam perjuangan melawan orang "kafir".

Martir atheis
Menurut ilmuwan politik tersebut, hasrat mengorbankan diri dipicu oleh situasi khusus, yang dicirikhaskan oleh rasa putus asa, terhina, dan tak berdaya. Ditambah lagi dengan mobilisasi kuat dalam kelompok yang mengagungkan nilai-nilai pengorbanan.

"Dunia sekarang sudah merasakan serangan bunuh diri kamikaze para pilot Jepang dalam Perang Dunia II, atau Gerakan Macan Tamil di Sri Lanka, gerakan Kurdi PKK, organisasi-organisasi sekuler Palestina dan Partai Komunis Libanon. Sejumlah pelaku bom bunuh diri Libanon adalah orang kristen".

Jadi, serangan bunuh diri tidaklah eksklusif milik gerakan Jihadis Islam.

*Dikisahkan dari Radio Nederland Wereldomroep, 06 Oktober 2010

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...