2.28.2011

Libya, Balas dendam dan Tangan besi


Konflik yang terjadi di Me­sir ternyata cukup menyedot per­hatian dunia, tak terkecuali Se­jarawan sekaligus Direktur Institut Penelitian dan Studi Yahudi-Libya Akov Hajaj-Li­lof (69). Dia yakin, revolusi di Lib­ya akan jauh lebih sulit dan berkepanjangan dibanding di Tunisia dan Mesir.

Dalam petikan wawan­ca­ra­nya di surat kabar Yahudi, Haaretz, Senin (21/2), Hajaj-Lilof menyatakan, balas den­dam keluarga Raja Idris yang dikudeta Khadafi pada 1969 telah memicu konflik di Libya.

“Saya menekankan, konflik ini dipengaruhi kebencian dan permusuhan antara mereka yang dari wilayah Cyrenaica dengan ibukota Bengazhi de­ngan massa dari Tripolitania de­ngan ibukota Tripoli,” kata Hajaj-Lilov. Cyrenaica adalah tempat kelahiran Raja Idris.

Selain itu, kata Hajaj-Lilof, masalah Libya hampir sama dengan situasi yang dialami Mesir. “Yaitu tingginya angka pengangguran meskipun negara ini kaya minyak dan proyek air raksasa,” katanya.

Ribuan orang berpendidikan yang tamat setiap tahun jadi pengangguran. Sedangkan la­pangan pekerjaan yang tidak butuh keahlian di bidang per­tanian dan konstruksi, malah di­isi pengungsi dari negara-ne­gara Afrika. “Inilah yang mem­buahkan kepahitan,” terang Hajaj-Lilof.

Setiap elemen masyarakat Libya punya pemikiran berbe­da, na­mun mereka bisa bersatu me­lawan Khadafi. Situasi ini makin panas, akan memakan waktu lebih lama dari Mesir. Hal itu karena Khadafi telah bersiap diri.

“Perlu diingat. Khadafi me­miliki lebih dari satu bulan un­tuk mempersiapkan diri. Mulai dari kerusuhan di Tunisia, dia telah bersiap. Begitupun pa­sukan untuk mengantisipasi demonstrasi,” jelas Hajaj-Lilof,


Khadafi telah bekerja sama dengan pasukan garda revolusi dan pasukan rahasia, Muk­ha­barat. Ini bisa disaksikan di Aljazeera, ketika tentara ber­pa­kaian sipil bergabung dengan demonstran. Dan ketika  meli­hat massa tidak terkontrol, me­reka akan mengeluarkan sen­jata sebagai gertakan demi meme­cah kerumunan.

 “Jika ada yang mengatakan puluhan meninggal, yang pas­tinya banyak yang meninggal. Tapi jika ada laporan helikop­ter menembak demonstran, ini seperti melihat sebutir garam karena tidak ada foto atau gam­baran nyata,” tutur Hajaj-Lilof meragukan informasi yang ber­edar beberapa hari belakangan.

Banyak kesimpangsiuran informasi di Libya. “Bila ada laporan,  polisi telah membelot ke demonstran. Kasus ini lebih mungkin terjadi di Cyrenaica. Untuk saat ini, tentara dan gar­da revolusioner berdiri di be­lakang Khadafi.

“Dari sudut pandang mereka, revolusi mereka adalah nilai tertinggi. Terlebih untuk kepen­tingan masyarakat ba­nyak,” imbuhnya.
Sementara itu, pertumpahan darah di Libya dalam dua pekan telah menewaskan sekitar 1.000 orang. Negeri Kebun Allah nan kaya minyak itu telah menjelma menjadi kuburan massal.

Bentrokan antar kelompok anti pemimpin Libya Moamar Khadafi dengan aparat sejak demonstrasi 14 Februari telah melukai lebih dari 6.000 orang. “Tangan besi” begitu perkasa dalam mempertahankan tampuk kekuasaan yang telah dipang­kunya selama 42 tahun.

Seorang saksi mata di ibukota Tripoli mengatakan, suasana sudah seperti kuburan masal. Dia meng­gambarkan, mayat-mayat berge­limpangan di se­jumlah ruas jalan.

“Darah dan mayat bergelim­pang­an di mana-mana. Bila ada yang selamat, entah kemana me­reka akan mencari tempat untuk ber­lin­dung. Karena militer terus me­lakukan tembakan tanpa hen­ti,” ceritanya seperti dilansir AP.

Belum lagi, lanjutnya, gedung-gedung perkantoran terbakar. Suasana negara di Afrika Utara itu semakin mencekam. Namun, rakyat terus mem­be­rikan perla­wa­nan kepada ke­lom­pok pro pemerintah. “Mereka tetap me­la­­wan pa­sukan militer yang meng­gunakan senjata otomatis. Inilah situasi yang sangat mem­prihatin­kan,” tandasnya.

Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini memperkirakan, lebih dari 1.000 warga tewas. Namun, dia mengaku tak me­miliki bukti lengkap yang men­dukung perkiraannya itu. Ber­dasarkan data Human Rights Watch, 300 orang terbunuh saat berdemonstrasi menuntut Kha­dafi mundur.

Sepanjang Rabu (23/2), tentara Libya diberitakan menembaki pendemo untuk memecah kon­sentrasi massa. Kejadian itu se­pertinya mirip peristiwa di Rwan­da, Bosnia atau Kosovo. “Saya akan menggunakan peluru hingga unjuk rasa berakhir,” ujar Saif al-Islam, putra Khadafi, menangga­pi aksi protes rakyatnya.

“Kita bukan Tunisia dan Me­sir. Moamar Khadafi pe­mimpin kita, memimpin pertem­puran di Tri­poli dan kita bersama dia. Tentara bersamanya. Puluhan ribu orang menuju ke sini ber­gabung de­ngan kita,” kata al-Islam dalam pidato­nya, Selasa (22/2).

Media barat The Independent melaporkan, militer Libya telah membelot ke rakyat. Akibat mba­lelo, sekitar 130 tentara ditembak mati. Kadhafi tidak kehilangan akal. Dia lantas me­nyewa tentara bayaran guna meng­hadapi situa­si yang lebih parah. Tentara yang loyal kepada Khadafi pun beraksi pada Kamis malam (24/2) waktu setempat, me­nye­rang masjid tem­pat ber­lindung pe­ngunjuk rasa anti pe­merintah di Zawiya.

Tempat Ibadah itu diberondong tembakan dari senjata otomatis tidak lama setelah tentara Kha­dafi merangsek masuk ke kom­pleks masjid. Para pengunjuk dibuat kocar-kacir atas pe­nye­rangan itu. Akibatnya, banyak rak­yat terluka. Namun, belum diketahui secara pasti berapa jumlah korban tewas.

Sebelumnya, kaki tangan Kha­dafi, Abdullah Megrahi, sempat mengunjungi masjid dan mem­berikan peringatan. “Tempat ini harus kalian tinggalkan. Jika tidak, maka kalian tanggung sendiri akibatnya,” kata saksi ma­ta, me­ngu­tip pernyataan Megrahi.

Aksi penguasa Libya banjir kecaman dari dunia internasional. Khadafi diberi sanksi. Setelah Swiss, pemerintah Inggris juga memerintahkan pembekuan aset-aset Khadafi. Para menteri Ing­gris telah mengidentifikasi milia­­r­an poundsterling dana Khadafi dan rezim Libya di London.

Dana tersebut diperkirakan akan disita dalam beberapa hari. Kementerian Keuangan Inggris telah membentuk unit kerja un­tuk menelusuri aset-aset Khadafi di Inggris, yang diperkirakan men­­cakup miliaran dolar di sejum­lah rekening bank, properti bis­nis dan sebuah mansion senilai 10 juta pounds di London.

Totalnya, rezim Libya disebut-sebut memiliki sekitar 20 miliar pounds (sekitar Rp 285 triliun) dalam bentuk aset-aset likuid, ke­banyakan di London. Aset-aset itu akan dibekukan sebagai bagi­an dari upaya internasional un­tuk memaksa Khadafi mundur.

Khadafi tidak hanya me­mutar uang di dalam negeri. Pemimpin berpangkat kolonel itu juga rajin menanamkan uang Libya di man­canegara, terutama di Italia. Senjatanya adalah BUMN Libya, Libyan Arab Foreign Investment Company (Lafico) dan Libyan Arab African Invest­ment Com­pany (Laaico).

Seperti dalam ulasan All­busi­ness.com edisi 18 Juli 2005, Lafico bergerak di beragam lini bisnis. Se­but saja dari industri otomotif sam­pai perhotelan di sejumlah negara.

Lafico adalah pemilik 2 persen saham Fiat senilai 112 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,008 triliun. Saham Lafico di Fiat  malah sem­pat men­capai 15 persen sebelum Lib­ya di­em­bargo ekonomi oleh AS akibat pemboman di Loc­kerbie. Lafico juga memiliki sa­ham 7,5 persen saham klub se­pakbola Juventus.

Lafico juga merupakan pemain besar industri perhotelan di Eropa dan Timur Tengah. Pada Maret 1992, Lafico membeli sepertiga saham jaringan Hotel Metropole senilai  275 juta dolar AS (sekitar Rp 2,4 triliun). Pada Agustus 1996, saham ini dijual dua kali lipat pada nilai 389 juta dolar AS (sekitar Rp 3,5 triliun).

Lafico saat ini memiliki 47 persen saham Corinthia Group, pemilik sejumlah hotel di Timur Te­ngah dan Eropa. Corinthia juga memberikan jasa konsultasi dan manajemen untuk bisnis perho­telan. Lafico juga punya saham di Oilinvest, perusahan minyak Libya yang bergerak di bisnis pompa bensin di Mesir. Lafico juga menanam modal di Aljazair dan menunggu BUMN minyak Aljazair, Sonatrach dideregulasi, kemudian Lafico mengekspansi dengan SPBU-nya.

Khadafi juga berusaha me­nanamkan modal asing di benua Afrika dengan mendorong diben­tuknya Uni Afrika untuk meng­gantikan Organisation of African Unity (OAU). Lafico pun pasang kuda-kuda lewat Libyan Arab African Investment Company (Laaico). Laaico menanam modal di berbagai sektor bisnis di benua Afrika termasuk perhotelan.

Nah, Lafico juga punya induk perusahaan, yaitu Libyan Arab Foreign Bank (LAFB). LAFB bergerak di bisnis keuangan. LAFB memiliki 5 persen saham Banca di Roma, bank komersial besar di Italia. LAFB juga men­dirikan Arab Banking Corp (ABC) ber­sama rekanan dari Kuwait dan Abu Dhabi. ABC menjadi bank internasional pa­ling besar di Timur Tengah dengan jaringan di seluruh du­nia. 
Sumber:RMOL

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...