2.20.2011

Snipper Vs Aktifis di Libya

 
Badai revolusi yang mengamuk di Libya meminta "tumbal" lagi. Kali ini, belasan demonstran tewas dibantai aparat keamanan di Benghazi, kota terbesar kedua setelah Tripoli, Sabtu (19/2/2011).
Benghazi terletak sekitar 1.000 Km di timur Tripoli, basis utama para penentang Presiden Moammar Khadafi, dibanding semua wilayah lain di negeri itu. Hingga kini, tidak ada tanda revolusi meluas ke seluruh negeri.
Seorang saksi mata mengatakan, mereka dibunuh oleh para penembak jitu. "Lusinan yang terbunuh... bukan 15, tapi lusinan. Kami sedang di tengah area pembantaian di sini," ujar saksi tersebut. Ia mengatakan sedang bergotong royong membawa para korban ke rumah sakit terdekat.
Pemerintah Libya melarang para jurnalis asing masuk ke negeri itu sejak upaya menggulingkan Khadafi bergelora. Keterangan para saksi pun susah diverifikasi secara independen.
Menurut saksi itu, aparat membangun tanggul pertahanan sekitar 50 meter, mengelilingi pos komando. Siapapun yang mendekati, mereka tembak.
Saksi itu juga mengatakan, para demonstran terbunuh setelah mencoba masuk pos komando itu. Para penembak jitu menembaki mereka dari menara pengawas dan sejumlah tempat dekat pos komando itu.
Human Rights Watch, LSM berbasis di New York, sebelumnya menyebutkan, sudah 84 orang tewas selama demonstrasi tiga hari terakhir.

Badai revolusi yang mengamuk di Libya meminta "tumbal" lagi. Kali ini, belasan demonstran tewas dibantai aparat keamanan di Benghazi, kota terbesar kedua setelah Tripoli, Sabtu (19/2/2011).
Benghazi terletak sekitar 1.000 Km di timur Tripoli, basis utama para penentang Presiden Moammar Khadafi, dibanding semua wilayah lain di negeri itu. Hingga kini, tidak ada tanda revolusi meluas ke seluruh negeri.
Seorang saksi mata mengatakan, mereka dibunuh oleh para penembak jitu. "Lusinan yang terbunuh... bukan 15, tapi lusinan. Kami sedang di tengah area pembantaian di sini," ujar saksi tersebut. Ia mengatakan sedang bergotong royong membawa para korban ke rumah sakit terdekat.

Pemerintah Libya melarang para jurnalis asing masuk ke negeri itu sejak upaya menggulingkan Khadafi bergelora. Keterangan para saksi pun susah diverifikasi secara independen.
Menurut saksi itu, aparat membangun tanggul pertahanan sekitar 50 meter, mengelilingi pos komando. Siapapun yang mendekati, mereka tembak.

Saksi itu juga mengatakan, para demonstran terbunuh setelah mencoba masuk pos komando itu. Para penembak jitu menembaki mereka dari menara pengawas dan sejumlah tempat dekat pos komando itu.
Human Rights Watch, LSM berbasis di New York, sebelumnya menyebutkan, sudah 84 orang tewas selama demonstrasi tiga hari terakhir.

Pemerintah Libya juga telah menahan puluhan anggota sebuah jaringan nasionalis Arab yang dituduh berusaha mengacaukan negara. Demikian menurut kantor berita resmi Jana dalam laporannya Sabtu (29/2).

Mereka yang ditahan di beberapa kota Libya itu para anggota jaringan luar negeri yang dilatih untuk merusak stabilitas Libya, keamanan warganya dan persatuan nasional. Sumber-sumber yang dekat dengan penyelidikan, seperti dikutip oleh kantor berita Jana, mengatakan kelompok tersebut termasuk orang-orang Tunisia, Mesir, Sudan, Palestina, Suriah dan Turki.

Mereka ditahan dengan tuduhan menghasut melakukan aksi-aksi penjarahan dan sabotase, seperti pembakaran rumah sakit, bank, pengadilan, penjara, kantor polisi dan kantor polisi militer. ''Mereka juga membidik bangunan-bangunan publik serta properti swasta berdasarkan rencana yang disusun sebelumnya," tulis Jana.

Jana menuliskan bahwa kota-kota Libya tertentu telah dijadikan tempat tindakan sabotase dan perusakan sejak Selasa (15/2). Para tersangka berusaha untuk mengambil senjata dari kantor polisi dan polisi militer serta akan menggunakannya.

Tidak ada komentar:

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...